Followers Blog

****Naskah Tartuffe Adegan 5****



Bismillah assalamualaikum halooooo yg sudah menunggu Adegan 5 naskah tartuffenya nii gw tau kelanjutannya pantengin terus yaaa ampe naskahnya kelar yuuukkkk mariiiieee ^^




Penerbit       : Kepustakaan Populer Gramedia
Penulis         : Moliere
Penerjemah  : Winarsih Partaningrat Arifin


ADEGAN 5
ORGON, CLEANTE

Cleante: Dengan terang-terangan, saudaraku, kau ditertawakannya, dan tanpa bermaksud membuatmu marah, dengan terus terang kukatakan kepadamu bahwa itu sudah selayaknya. Apakah ulah serupa pernah dibicarakan orang? Dan mungkinkah kini seseorang mempunyai daya pikat hingga membuat mu lupa akan segala-galanya demi dia? Sehingga setelah di tempatmu dia pulih dari kesengsaraan, kau sampai……
Orgon: Iparku, tunggu sebentar; Kau tidak kenal dengan orang yang kau bicarakan.
Cleante: Kalau maumu begitu, ya sudah, aku tidak kenal dia, Tapi bagaimanapun juga, untuk mengetahui orang macam apa dia kiranya….
Orgon: Saudaraku, kau pasti terpukau bila mengenal dia, dan kegembiraanmu bakal tak ada akhirnya. Dia orang yang…. Ha!.... orang…. Oranglah. Siapa yang mengikuti dengan baik pelajarannya paasti menikmati kedamaian mendalam dan menjadi seperti sampah dalam bimbingannya;  Ia mengajariku untuk jangan menyayangi manapun, dan aku bakal melihat kematian saudara, anak, ibu, dan istriku, tanpa tersentuh karenanya.
Cleante: Manusiawi benar perasaanmu ini, saudaraku!
Orgon: Ah! Coba kau lihat bagaimana aku dulu bertemu dengannya, maka kau akan merasakan persahabatan yang sama seperti aku untuknya. Setiap hari ia datang ke gereja dengan wajah yang lembut, tepat di depanku di atas kedua dengkulnya ia berlutut. Ia menarik perhatian seluruh jemaat karena gairahnya dalam doa yang dilontarkannya kepada Tuhan; mendesah-desahlah, ia mencium tanah dengan khidmat; untuk menyajikan padaku air suci di pintu. Karena diberitahukan oleh pembantunya yang dalam semua hal menirunya, mengenai kemelaratan maupun mengenai siapa dia, kuberi Tartuffe sedekah; namun dengan sopan, ia selalu ingin mengembalikan sebagian. “Terlalu banyak”, katanya, “separuh terlalu banyak. Mendapat belas kasihan anda, aku tak layak.” Dan waktu aku tak mau mengenbalikannya kembali, di depan mata ku , ia melimpahkan kelebihan sedekahku kepada orang miskin. Akhirnya atas panggilan Tuhan aku menampung dia di rumahku, dan sejak itu segala sesuatu disini rupanya menjadi makmur. Kulihat segala-galanya dia betulkan demi kehormatanku ia memberitahuku siapa saja yang main mata dengannya, dan dibandingkan akku enam kali lipat cemburunya. Namun, aku tak bakal percaya sampai sebesar apa semangatnya; atas hal yang paling sepele ia menganggap dirinya paling berdosa; sesuatu yang boleh dikatakan tak berarti cukuplah untuk menghebohkannya, sedemikian sehingga suatu hari ia sampai menuduh dirinya telah menagkap seekor kutu ketika sedang berdoa, dan membunuhnya dengan terlalu geram.
Cleante: Ya Tuhan! Kukira kau sudah gila, Saudaraku. Apakah kau meledekku dengan omongan semacam itu? Dan apa maumu membuat lelucon seperti itu…
Orgon: Saudaraku, bicaramu itu terkesan kelewat bebas. Dalam hatimu kau sudah agak ketularan, dan seperti telah kukhotbahi sepuluh kali lebih, kau akan mendatangkan celaka bagi dirimu sendiri.
Cleante: itulah yang biasa dikatakan sesamamu. Mereka mau semua orang menjadi buta seperti mereka; kelewat bebaslah orang tang matanya terbuka, dan yang tidak memuja tingkah pamer yang sia-sia seolah-olah tidak menghormati ataupun mengimani hal-hal yang suci. Sudahlah, segala ceramahmu tidak membuat ku takut; aku tahu yang ku katakana, dan Tuhan melihat kalbuku. Dari semua orang munafikmu, kami bukan budaknya: ada yang sok alim seperti juga ada yang sok berani; dan sebagaimana terlihat dimedan perang mereka yang betul-betul pemberani adalah mereka yang tidak banyak bicara, maka mereka orang alim sejati, yang perlu di contoh, bukan mereka yang membuat begitu banyak seringai. Apa? Tak sedikit pun kau membedakan antara kemunafikan dan ketakwaan? Kau mau mempelakukan dua sikap dengan bahasa yang sama, dan menunjukkan rasa hormat yang sama untuk kedok maupun wajah asli, menyamakan tipu muslihat dengan ketulusan, mengelirukan wujud yang tak kelihatan dengan wujud nyata, menghargai orang dengan bayangannya sama tinggi, dan uang palsu sama dengan yang asli? Kebanyakan manusia bertingkah laku aneh! Kita tak pernah melihat mereka bersikap wajar; bagi mereka nalar terlalu sempit sekatnya; dalam setiap hal mereka melampaui batas, dan sering kali mereka membuat cacat hal yang paling luhur karena ingin lebih-lebihkan dan terlalu mereka mendorong-dorong. Itulah yang mau kukatakan sambil lalu, Iparku.
Orgon: Memang, sudah pasti kau adalah seorang pengkhotbah yang dihormati; seluruh pengetahuan di dunia terkumpul dalam dirimu; kaulah satu-satunya orang yang bijaksana dan satu-satunya orang yang tahu, penyambung lidah dewa, seorang Caton di abad kita, dan di sampingmu, tolollah semua orang.
Cleante: Aku, Saudaraku, bukanlah seorang pengkhotbah yang dihormati, dan pengetahuan tidaklah terkumpul dalam diriku; tetapi pendeknya-dan itulah kepandaianku-aku tahu, membedakan antara yang asli dan yang palsu; dan sebagaimana tak kubayangkan ada jenis tokoh yang lebih patut dihargai daripada orang alim yang betul-betul berdakwa, bahwa di dunia tidak ada yang lebih luhur lagi lebih indah daripada gairah suci pada semangat sejati, maka tak ku lihat juga ada yang lebih keji daripada penampilan gairah palsu yang berlebihan, daripada pembual sejati, daripada mereka yang hanya bertakwa untuk dipamerkan di tempat umum saja yang seringkali terkutuk dan menipu mengecoh tanpa ada hukumannya, dan mempermainkan sesuka hati mereka, apa yang paling suci dan keramat bagi mahluk hidup; orang jenis itu yang karena jiwanya dikuasai kepentingan, menjadikan ketakwaan suatu profesi dan barang dagangan, dan ingin membeli kepercayaan dan martabat dengan kedipan mata yang semu dan semangat yang dibuat-buat;  orang jenis itu, kataku, yang terlihat luar biasa bergairah malalui jalan Tuhan bergegas ke harta kekayaan mereka; yang setiap hari sambil berdoa, meminta-minta dengan semangat berapi-api dan menganjurkan retret selagi masih tetap hidup ditengah-tengan kemewahan raja; yang pandai menyesuaikan semangatnya dengan tingkat keburukannya, merekalah pemberang, penuh dendam, tanpa iman, penuh muslihat, dan untuk mencelakakan seseorang sacara keterlaluan mereka tutupi dendam mereka yang angkuh dengan kepentingan Tuhan; begitu berbahaya dalam kemurkaan mereka yang getir karena mereka menghadapi kami dengan senjata yang sakti, ingin membunuh kami dengan pedang suci. Watak yang palsu tiu kelihatan sering muncul: akan tetapi mereka yang bertakwa dengan tulus ikhlas mudah di kenali. Zaman kita, Saudaraku, memamerkan mereka di depan mata kita yang dapat kita jadikan teladan mulia. Lihat saja Ariston, lihat Periandre, Orente, Alcidamas, Polydore, Clintandre: sifat baik mereka itu tidak dibantah oleh siapapun: mereka sama sekali tidak membualkan kebajikan mereka, pada diri mereka tidak terlihat sifat pamer yang berlebihan, dan ketakwaan mereka manusiawi, lagi luwes, mereka tidak menegur segala tindakan kita: mereka menganggap perbaikan seperti itu terlalu angkuh, dan sambil menyerahkan kepada orang lain kesombongan berkata-kata seperti itu, mereka jarang mendukung keburukan, dan jiwa mereka cenderung menilai baik orang lain. Tak ada jiwa berkomplot dalam diri mereka, tidak ada persengkongkolan yang harus diikuti; mereka tampak hanya memikirkan untuk berusaha hidup dengan baik. Tak pernah mereka bersitegang dengan orang yang berdosa dan mereka tak mau membela dengan berlebihan kepentingan Tuhan lebih daripada yang Tuhan inginkan. Demikianlah, teman-teman, demikianlah cara mereka berperilaku, pendeknya, itulah contoh yang harus dianjurkan. Tokohmu, terus terang saja, bukan dari jenis ini. Namun kukira kau telah disilaukan oleh kecerlangan semu.
Orgon: Saudaraku iparku sayang, sudah selesaikah kau bicara?
Cleante: Sudah.
Orgon: Aku abdimu (Ia hendak pergi)
Cleante: Kumohon, sebentar, saudaraku, biarkan sampai disini perbincangan ini kau tahu bahwa Valere telah mendapat janjimu untuk menjadi menantumu?
Orgon: Betul
Cleante: Kau sudah menetapkan hari untuk ikatan semanis itu.
Orgon: Benar.
Cleante: Lalu mengapa pestanya diundurkan?
Orgon: Entahlah.
Cleante: Mungkinkah kau punya gagasan lain?
Orgon: Barangkali.
Cleante: Kau hendak ingkar janji?
Orgon: Bukan begitu yang kukatakan.
Cleante: Tak ada rintangan, kukira, yang dapat menghalangimu menepati janjimu.
Orgon: Tergantung.
Cleante: Apakah untuk member kata putus, perlu berbelit-belit begitu? Atas hal ini Valere memintaku untuk mengunjungimu.
Orgon: Terpujilah Tuhan karena itu!
Cleante: Tapia pa yang harus kukatakan kepadanya?
Orgon: Terserahlah.
Cleante: Tapi rencanamu perlu diketahui. Jadi bagaimana rencanamu itu?
Orgon: Berbuat sesuai kehendak Tuhan.
Cleante: Tapi marilah kita bicarakan yang benar. Valere telah mendapat janjimu: akan kau tepati tidak?
Orgon: Selamat tinggal.
Cleante: (seorang diri) aku takut, cintanya tidak disetujui lagi, maka aku harus bilang padanya apa saja yang terjadi.

wasalam to be continu yeee... salam kikukkikukkkk ^^

3 komentar:

{ Si Belo } at: 21 November 2011 pukul 13.38 mengatakan...

madikipee....Nay ketinggalan niih!! kok udeh kelime aje siiih :)

{ Gatiar Lopez } at: 21 November 2011 pukul 22.53 mengatakan...

heheee,,, uda dari kemaren gw posting nay tugas dari lu belum gw kerjain maap yaaa ^^

{ outbound Malang } at: 13 September 2012 pukul 10.06 mengatakan...

salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
jujur dalam segala hal tidak akan mengubah duniamu menjadi buruk ,.
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.

Posting Komentar

 

Copyright © 2011 gatiar,Design by Tirtadarmantio