Followers Blog

****Naskah Tartuffe babak II Adegan 2****



 Assalamualaikum selamat pagiiii semua gw mw lanjut naskah lagi niii... yuk di simak owkeh mas bro dan mba bro ,,,,,,






ADEGAN 2
DORINE, ORGON, MARIANE


Orgon: Apa yang kau lakukan di situ? Kamu sangat penasaran ya sampai menguping kami seperti itu.
Dorine: Sesungguhnya aku tidak tahu apakah desas-desus itu hanya isu atau kebetulan, namun berita pernikahan itu telah dikatakan padaku dan kuanggap omong kosong belaka.
Orgon: Lho, bagaimana? Apa hal itu sangat sulit dipercaya?
Dorine: Begitu sulitnya hingga Tuan pun tak kupercaya.
Orgon: Tapi aku tahu cara untuk membantumu percaya.
Dorine: Ya, ya, Tuan sedang menceritakan kisah yang lucu….
Orgon: Yang kuceritakan justru yang bakal terjadi sebentar lagi.
Dorine: Omong kosong!
Orgon: Yang kukatakan, Nak, bukan main-main saja.
Dorine: Ayo, Nona jangan percaya kepada ayah Anda!
Orgon: Kukatakan kepadamu….
Dorine: Tidak, apapun yang Tuan perbuat, kami tak bakal percaya.
Orgon: Sudahlah, kemarahanku…
Dorine: Ya deh! Kami percaya, dan Tuan juga yang akan kena getahnya. Coba! Apakah mungkin, Tuan yang paras bijak dan dengan kumis selebar itu melintang di wajah sampai segila itu hingga mau…
Orgon: Dengar: kau sudah bertindak terlalu berani di rumah ini dan aku tak suka itu, kau dengar, Non.
Dorine: Kumohon Tuan, marilah kita berbicara tanpa Tuan menjadi marah. Apakah Tuan tak peduli akan orang lain dengan mengadakan rencana rahasia ini? Putrid Tuan bukanlah untuk seorang fanatic agama, orang itu memiliki kesibukan-kesibukan lain yang harus ia pikirkan; lagi pula apa yang akan Tuan peroleh dalam hubungan perkawinan seperti itu? Apa sebabnya sampai Tuan, dengan seluruh harta kekayaan yang ada, memilih manantu yang gelandangan…..?
Orgon: Diam! Jika beliau tidak punya apa-apa, ketahuilah, justru karena itulah beliau harus dihormati. Kemelaratannya tak ayal lagi kemelaratannya yang jujur. Yang mestinya mengangkat beliau melebihi segala kemuliaan, oleh karena bagaimanapun juga beliau membiarkan dirinya tanpa harta akibat terlalu sedikit memperlihatkan hal-hal duniawi dan rasa sayangnya yang amat kuat terhadap hal-hal yang abadi. Akan tetapi bantuanku bakal dapat member dia jalan untuk keluar dari kesusahan dan mendapatkan kembali hartanya. Yaitu tanah miliknya yang berharga di daerahnya. Dan jelas bahwa beliau memang bangsawan.
  Dorine: Memang, dialah yang berkata begitu, dan kesombongan, Tuan, tidak terlalu cocok dengan kesalehan. Barang siapa yang memilih kepolosan dengan hidup yang suci maka tak pantas nama dan asal-usulnya ia puja-puji, dan ketakwaan yang didasari sikap rendah hati tak gampang menerima ledakkan hasrat seperti ini. Tak gampang keangkuhan seperti itu?... akan tetapi kata-kata ini menyinggung perasaan Tuan: mari kita bicarakan orangnya, dan kita lupakan kebangsawanannya. Apakah Tuan, tanpa merasa sedih, hendak mengangkat seorang laki-laki seperti dia, menjadi pemilik seorang gadih seperti ini? Dan tidakkah Tuan memikirkan adat kesopanan dan memikirkan akibat dari ikatan perkawinan? Ketahuilah bahwa yang dipertaruhkan seorang gadis adalah kesetiaan apabila dalam pernikahan seleranya dilawan; maksudnya, untuk hidup dalam pernikahan sebagai istri yang setia bergantung pada sifat-sifat suami yang diberikan kepadanya, dan bahwa mereka yang di mana-man dituding jidatnya sering membuat istri mereka tampak sebagaimana mereka terlihat dimata orang lain. Memnag sulit benar menjadi setia pada suami tertantu dari jenis tertentu, dan barang siapa yang memberikan seorang laki-laki kepada putrinya padahal putrinya itu membencinya akan bertanggung jawab terhadap Yang Maha Kuasa atas kesalahan yang bakal di buat oleh anaknya. Pikirkan hukuman abadi yang akan Tuan hadapi akibat rencana ini.
Orgon: Jika aku harus belajar dari dia bagaimana cara membawa diri!
Dorine: Tak ada yang lebih baik Tuan lakukan daripada mengikuti nasihatku.
Orgon: (Kepada Mariane.) jangan kita, Anakku, suka mendengar omong kosong semacam itu, aku tahu apa yang baik bagimu, dan aku ayahmu. Dulu aku telah member janjiku untuk menyerahkanmu kepada Valere; tapi selain ia katakana cenderung main judi, aku curiga jangan-jangan ia agak terlalu bebas gaya hidupnya; aku jarang melihatnya pergi ke gereja.
Dorine: Apakah Tuan menghendaki ia bergegas-gegas ke san atepat pada waktu yang bersamaan dengan Tuan, seperti mereka yang ke sana hanya untuk dilihat orang?
Orgon: Pendapatmu mengenai hal itu aku tak minta. Bagaimanapun juga calon yang lain itu mempunyai hubungan yang paling serasi dengan Yang Maha Kuasa, dan itu akan memenuhi  segala keinginanmu akan segala kebaikan, akan bergelimangan hal-hal yang manis dan menyenangkan. Bersama-sama kalian akan hidup, dalam semangat kesetiaan, layaknya dua bocah polos, layaknya sepasang tekukur. Kalian tak akan pernah berakhir dengan pertengkaran yang menjengkelkan, dan dia akan kau buat sebagaimana yang kau iniginkan.
Dorine: Putrimu? Kujamin laki-laki itu hanya akan membuat anak gadismu berzina.
Orgon: Hah! Bicara apa kau!
Dorine: Kukatakan bahwa orang itu memang kelihatan seperti itu, dan bahwa bintangnya, Tuan, akan lebih kuat daripadda seluruh keteguhan moral yang bakal ditunjukan putrimu.
Orgon: Jangan menyela lagi, dan ingatlah untuk berdiam diri, jangan ikut campur dalam hal yang bukan urusanmu.
Dorine: Aku hanya membicarakannya, Tuan, demi kepentingan Tuan. ( Orgon selalu diselanya pada saat ia membalik untuk bicara kepada putrinya.)
Orgon: Itu perhatian yang sudah keterlaluan. Ayo, diam sajalah.
Dorine: Jika aku tak menyayangi Tuan….
Orgon: Aku tidak mau disayangi.
Dorine: Tapi aku mau menyayangi Tuan, meskipun Tuan tak menghendakinya.
Orgon: Ah!
Dorine: Kehormatan Tuan besar artinya bagiku dan aku tidak tahan melihat Tuan membiarkan diri Tuan diejek oleh sembarang orang.
Orgon: Kau tak mau diam?
Dorine: Ini mengenai hati nurani membiarkan Tuan mengadakan hubungan pernikahan seperti itu.
Orgon: Kau bakal diam, tidak, ular, dengan mukamu yang kurang ajar…
Dorine: Ah! Tuan kan saleh, tapi kok marah-marah!
Orgon: Ya, mendengar segala omong kosong ini membuatku naik pitam, dan dengan sangat tegas aku mau kau diam.
Dorine: Ya. Tapi, meski aku tak bicara, aku akan tetap berpikir.
Orgon: Berpikirlah sana, kalau mau; tapi tetap ingatlah jangan kau utarakan kepadaku, atau…. Sudahlah. ( Berpaling ke putrinya.) sebagai orang yang bijaksana, telah kupertimbangkan dengan matang segala sesuatunya.
Dorine: Kesal benar aku tak bisa bicara. ( Ia diam waktu Orgon menengok.)
Orgon: Meskipun bukan bangsawan muda yang elok, Tartuffe sedemikian hingga…
Dorine: Memang, dia pintar omong!
Orgon: Hingga, kalaupun kau tidak merasa tertarik semua bakatnya yang lain…
Dorine: Aduh, kasihan dia! Kalau aku menjadi dia, maka seorang laki-laki tidak bakal, menikahi aku secara paksa tanpa menanggung akibatnya, dan setelah perhelatan segera kuperlihatkan, bahwa perempuan selalu siap dengan balas dendam.
Orgon:Jadi, apa yang kukatakan tadi dimasa bodohkan saja?
Dorine: Apa yang Tuan keluhkan? Aku tidak bicara dengan Tuan.
Orgon: Lalu apa yang kau lalukan?
Dorine: Aku bicara dengan diriku sendiri.
Orgon: Bagus, bagus. Untuk menghukum kekurangannya yang keterlaluan, tanganku perlu kulayangkan. ( Ia mengambil posisi untuk menampar, dan Dorine, setiap kali Orgon meliriknya, tetap berdiri tegak tanpa bicara.) Nak, kau harus menyetujui rencanaku…. Kau harus percaya bahwa suami… yang sudah berhasil kupilihkan untukmu… ( Kepada Dorine.) mengapa kau tidak bicara kepada dirimu?
Dorine: Tak ada yang mau kukatakan pada diriku.
Orgon: Masih ada satu kata lagi.
Dorine: Aku tak mau dengar.
Orgon: Tentu, sudah kukira begitu.
Dorine: Aku tak sebodoh itu!
Orgon: Bagaimanapun juga, Nak, kau harus mebalas jasaku dengan ketaatan, dan menunjukan bahwa pilihanku kau hormati sepenuhnya.
Dorine: ( Sambil melarikan diri.) aku tak bakal ambil pusing untuk mengambil suami seperti itu. ( Orgon mau menampar dia tetapi tak kena.)
Orgon: Nak, yang kau punya itu pelayan brengsek, tak dapat lagi aku hidup bersama dia tanpa bakal berdosa. Aku merasa sudah tak sanggup lagi; kata-katanya yang kurang sopan telah membuat panas jiwa, aku mau mencari udara segar agar agak tenang kembali.

wasalam salam kikukkikuk ^^ 






Penerbit       : Kepustakaan Populer Gramedia
Penulis         : Moliere
Penerjemah  : Winarsih Partaningrat Arifin

1 komentar:

{ Hariyanto Wijoyo } at: 24 November 2011 pukul 18.27 mengatakan...

hadir di sini menyapa tuan rumah pemilik Blog nan Indah
BlogS of Hariyanto

Posting Komentar

 

Copyright © 2011 gatiar,Design by Tirtadarmantio